BUAYA

 


Oleh: Wawan AD

 

       Buaya..!! apa yang anda pikirkan ketika pertama kali mendengar kata Buaya…? Apa pula yang terbersit dan terbayang dengan hewan ini, apa hanya seekor binatang saja atau terlintas dengan istilahnya yang sering disematkan pada lelaki nakal...?, buaya darat, buaya buntung dan lubang buaya (istilah bagi perempuan yang nakal).

Sejauh yang saya ketahui, buaya merupakan hewan reptil bertubuh besar dan berukuran panjang yang hidup di air dan sesekali naik ke daratan. Pada umumnya jenis binatang ini habitatnya hidup di perairan air tawar, seperti: danau, sungai, atau rawa-rawa dan bahkan ada yang hidup di air asin. Binatang yang satu ini juga bisa ditemukan hampir di seluruh negara di dunia dengan berbagai jenis spesiesnya.

Jenis reftil ini menjadi salah satu hewan yang sangat menakutkan bagi manusia, entah karena rupanya atau karena bentuknya..? Dalam pengamatan penulis hewan ini selain menakutkan juga menjijikan serta sangat berbahaya dan banyak diberitakan merupakan salah satu hewan buas bahkan bisa mematikan bila bertemu dengan mangsanya.  

Berbagai jenis dan sebutan buaya ada dibumi Nusantara ini, seperti: buaya rawa, buaya sungai dan ada lagi buaya putih, ini jenis buaya yang sering disandingkan orang-orang yang meyakini dan me-muja-nya sebagai sesembahaan dengan harapan akan mendatangkan banyak uang (penuh aroma mistis), bahkan Inul Daratista dalam bait lagunya menggambarkan laki-laki yang suka hitung-hitungan tak mau rugi saat berpacaran menyebutnya dengan istilah “buaya buntung”.

Lantas kenapa buaya sering dikiaskan dengan seorang pria, apakah tindak-tanduk buaya itu sama seperti manusia atau bagaimana..?, atau ada kesepakatan antara manusia dan buaya sebelumnya..?, manusia yang berbuat dan buaya siap menjadi pesakitan dan tertuduh dengan jeleknya akhlak manusia khususnya pria.

Buaya yang tidak tahu menahu dengan masalah yang ada harus menanggung dan tercoreng namanya, seperti hidung belang yang tak setia, mata keranjang yang sering bergonti-ganti pasangan semua istilah itu lazim disebut sebagai buaya darat. Apakah karena rupa, bentuk atau buasnya, hingga di sematkan dan ibaratkan kepada lelaki yang nakal dengan memanggilnya Buaya darat.     

Buaya darat sebagaimana yang disebutkan diatas hanya istilah untuk laki-laki yang melakukan hal-hal diluar kebiasaan dan melanggar norma yang ada, dan istilah itu sudah menjadi kata-kata yang lumrah di ucapkan khalayak bagi mereka yang suka melacurkan dirinya.

Hemat penulis istilah buaya darat tidak hanya bagi mereka mata keranjang dan hidung belang semata, tetapi berlaku juga bagi mereka yang hanya menjadi epigon di kesuksesan istrinya, dengan menggantungkan hidup dan segala-galanya. Istilah lain menyebut “sembunyi di ketiak isteri”.

Hanya dengan modal yang terpaksa di ada-adakan karena ingin dilihat wah oleh orang lain kemudian mengolah bahasa secara manis sewaktu-waktu kadang melangit sebagai penutup kelemahannya, olah kata inilah menjadi senjata utama baginya untuk tetap memanfaatkan moment berada dalam lingkaran itu berusaha mengelabui orang dan itu menjadi keahliannya, Untuk buaya yang satu ini jauh lebih berbahaya buasnya daripada buaya darat.

Tetapi perlu di ketahui oleh kita semua ternyata, sejatinya buaya adalah salah satu binatang yang terkenal dengan kesetiaannya, apakah benar buaya hewan yang setia?, menurut beberapa peneliti terkait buaya menyebutkan faktanya memang buaya akan memilih pasangan yang sama saat musim kawin tiba, dan buaya diketahui hanya kawin sekali saja. Sekalipun jika pasangannya (buaya betina) mati, buaya jantan tetap enggak untuk kawin lagi.

Buaya saja setia, Bagaimana dengan anda…?

 

Referensi:

1.    https://www.google.com/

 

Description: C:\Users\Acer\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\20201231_075223.jpg

Wawan AD adalah nama pena dari Wawan Hermawan, dilahirkan di Purwakarta, mengawali pendidikan formal di SDN V kembangkuning (SDN 2 Cibinong), kemudian hijrah ke SDN 1 Tajursindang,  SMPN 2 Sukatani, SMAN 1 Sukatani, pernah mengenyam pendidikan S 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) SGD Bandung dan Universitas Terbuka UPBJJ Bandung, kini mengabdikan diri di SDN 2 Cibinong Jatiluhur Purwakarta Jabar.

Penulis pernah menerima anugrah Parasamya Susastra Nugraha  (Penulis) tingkat Nasional tahun 2020 & 2021,  Parasamya Suratma Nugraha  (Penggerak Literasi) tingkat Nasional tahun 2021 dan mendapat        Penghargaan dari Dinas Pendididikan (Disdik) Kab. Purwakarta sebagai penulis aktif di Komunitas Literasi Sekolah “PURBASARI”. Bisa silaturahmi dengan penulis di 0819-3223-4254 atau disurel wawanhermawan0683@gmail.com

.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HATIKU MASIH UNTUKMU

KETUA PC GP ANSOR KABUPATEN PURWAKARTA BAGIKAN SERAGAM

HERA, MAAFKAN AKU