BUKAN SALAH KITA

                                            

                                                               Oleh: Wawan AD*

Menahan beban masalah yang menghimpit dalam hidup seorang diri sangat tidak mudah, aku berjibaku menghadapinya sendirian, ingin lepas dari beban belenggu itu sungguh tidak gampang. Perlu kesabaran tingkat dewa dalam menghadapi  semua.

Kapal kehidupan yang kutumpangi akhirnya karam, sekalipun itu bukan inginku, aku tegaskan sekali lagi itu bukan inginku, Aku begitu terpukul dengan kenyataan ini, nangis sejadi-jadinya dipangkuan teman sejatiku Nura Mahalia namanya.

Nura bagiku bukan saja sebagai sahabat, tapi ia ku anggap kakakku sendiri, aku tak sungkan lagi ketika harus bicara soal privasi sekalipun.

Aku menyelesaikan semua itu sendirian Nur, sebesar itu beban masalah yang dihadapi, tak tuntas berbicara berhenti sejenak, sambil mengatur intonasi yang mulai terganggu dan terbata-bata, mata berkaca-kaca, suara semakin parau, namun aku tetap melanjutkan cerita yang terpotong.

Menceritakan pada Nura segala beban hidup yang seolah tak bertepi, telah dan sedang dialami.

Terkadang orang menilai diriku hanya luarnya saja Nur, Nura hanya menatap iba, “kenyataannya jauh dari apa yang orang sangkakan”, aku benar-benar remuk menghadapai semua ini keadaan telah memaksaku, kucoba bertahan agar mampu survive dan semua itu aku tutupi dengan bersikap seperti biasa saja, seolah tak ada masalah yang hebat yang sedang mengguncang dan menggedor dinding-dindang kapal yang sedang berlayar dihamparan samudera yang begitu luasnya, tetap tersenyum keluar walau sayatan-sayatan luka begitu pedih mengiris didalam, semua tak dirasakan, seolah kuat dan kebal,  nyatanya rapuh badan ini menahan luka yang begitu pedih, sangat pedih Nur, air mata semakin deras keluar membanjiri pundak Nura.

@@@

Betapa mensyukuri setiap keadaan adalah kewajiban yang sering terlupkan bahkan dilupakan oleh kebanyakan manusia termasuk diriku, aku begitu  terbebani dengan masalah yang sedang menimpa. Ternyata diluar sana orang-orang jauh lebih rumit dan sulit dari apa yang aku hadapi sekarang. Kadang kita memandang rumput tetangga jauh lebih hijau, menggiurkan bahkan menggoda dan kita menilainya penuh gejolak syahwat.

“Syukuri apa adanya”

“Hidup adalah anugerah”

 syair lagu ini sederhana namun mengandung makna begitu dalam yang perlu kita renungkan. Agar rasa syukur selalu ada dalam sikap, ucap dan hati kita.

Jalinan kasih yang semula begitu indah, menawan dan juga semakin mekar, harus layu di terjang angin puting beliung yang begitu menggoncang dan memporak-porandakan hingga luluh lantak setiap sisinya. Terkulai lemas tak berdaya. Aku sama sekali tak menyangka akan hal ini, tapi apa daya semua terjadi.

@@@

Aku coba bertahan dari segalanya, demi siapa, bukan demi harta dan kedudukan tak pernah terpikir olehku, kalau hari ini aku masih bertahan hanya karena kemewahan yang fatamorgana dan sementara itu. Tidak sama sekali, bukan hal itu yang membuat aku masih bertahan dalam zona neraka ini, orang anggap aku berada dalam kubangan surga, nyatanya seolah di neraka, dimana aku sangat tersiksa dan sangat tidak berharga berada di dalamnya, tercampakan dan terhinakan.

“Bagiku lebih baik berada di dalam neraka, tapi mengasyikan dari pada berada di dalam syurga, tapi semua menawarkan racun bagiku. sangat tidak aku harapkan.  

Anak-anaklah yang membuat aku terus bertahan walau kadang aku sudah lelah tak sanggup lagi hadapi ini semua. Tapi aku tak peduli semua itu. Kadang kaki sudah terkoyak tak mampu untuk menopang semua beban kehidupan ini.  

Sayang segenap usahaku tak berarti tetap saja pada akhirnya harus menuai pil pahit dalam lembaran hidup ini yaitu pisah, kata-kata yang sangat aku benci sebenarnya dan Tuhanpun sangat membenci sekalipun tidak mengharamkannya, tapi hari ini ternyata aku hadapi dan alami, begitu Tria terisak panjang sekali menumpahkan segala mumetnya pikiran dan galaunya rasa yang menghimpit hari-hari dalam hidupnya.

Sekarang hanya tinggal kenangan yang teronggok, antara aku dan kamu. Ya masa itu kuburlah dalam-dalam di ingatan dan hatimu, akupun demikian, sekalipun antara aku dan kamu pernah merasakan hal yang sama bahkan merajutnya dan telah berbuah, sudahlah itu cerita karam jangan terulang oleh anak kita dan jangan dikenang pula, terlalu pahit untuk kita kenang bahkan di ingat pun jangan, aku sangat tak mengharapkannya.

Ini semua untuk menjadikan kita dewasa, tentu dalam segala hal, baik sikap atau berfikir dan bernalar.

Aku tak membayangkan jalan berliku berkata lain tentang kisah kita,

Menahan rasa kekecewaan yang sangat dalam, saat bibir terkunci kelu maka air mata mewakili rasa yang bergemuruh tak tertahan terus saja mengalir dikedua pipi, mengalir deras seolah menjadi aliran sungai. Aku coba mengalihkan persoalan yang sedang dihadapi dengan Rizal mantan suamiku, pada Nura Mahalia, “salam pada teman-teman kita ya”, ucapku lirih, Nura berkaca-kaca “ia”. Jawabnya singkat.

“Makasih Nur, kamu selalu ada di kala aku dalam kesusahan”, timpalku, Nura hanya mengangguk pelan sambil menatapku, “semesta seolah tak bersahabat tapi yakin semua itu ada tujuan yang tersimpan, sekalipun tidak selalu menyenangkan paling tidak akan mendewasakan kita”. Nura meyakinkan dan meneguhkanku. 



*Wawan AD adalah nama pena dari Wawan Hermawan, penulis mengabdikan diri di SDN 2 Cibinong Jatiluhur, telah menerbitkan 26 buku antologi dan 4 buku solo.

Komentar

  1. Duuh jdai baper ah, ini seperti nampak dekat dengan kisah seseorang nun di jauh disana.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HATIKU MASIH UNTUKMU

KETUA PC GP ANSOR KABUPATEN PURWAKARTA BAGIKAN SERAGAM

HERA, MAAFKAN AKU