DEMI KAMU, APAPUN AKU BISA!
DEMI KAMU, APAPUN AKU BISA !
Oleh: Wawan AD
(Penulis mengabdikan diri di SDN 2 Cibinong
Jatiluhur Purwakarta)
Magrib menjelang,
diatas langit sebelah barat masih terlihat awan merah merona, awan-awan
berarakan, gelap mulai menyelimuti sekujur kampung, hembusan hawa dingin kian terasa
dikulit, suara-suara binatang malam mulai keluar dan terdengar, pertanda
perubahan waktu telah terjadi dari siang beranjak ke malam.
Diriku yang
baru sampai ke rumah langsung menghempaskan tubuh dikursi yang tersedia diteras
depan, untuk sedikit melepas lelah, karena panjangnya perjalanan seharian
menemani seseorang untuk menuntaskan segala masalah yang menimpanya, begitu
menyita waktu dan juga pikiranku, kalau bukan dia, rasanya aku malas meluangkan
kesempatan.
Berada dalam kubangan limbah masalah yang sedang
dihadapinya, ia merasa kebingungan kemana harus bersandar untuk mencurahkan
segala beratnya beban dan mencari solusi, tentu aku tak tega, tak enak melihat
itu terjadi menimpa dirinya. Padahal aku selalu berprinsip “jangan terlalu
mudah membiasakan diri tidak enak pada oranglain, enggak semua orang yang kamu
jaga perasannya menghargai perasaanmu juga. Biarlah apa adanya jangan terlalu
di paksakan. Tapi untuk dirinya aku tak bisa aku luluh juga, entahlah.
Ya, kadang aku sedikit baperan untuk urusan yang satu ini
hingga diselimuti rasa tak enak, padahal tak terasa dia telah bikin aku kecewa
lebih dulu, aku seolah bego, soal apa?, ya karena tidak bisa menjaga perasaanku,
Ekspektasiku terlalu tinggi, ketika tidak tercapai sesuai dengan keinginan, maka
kekecewaanlah yang aku dapatkan, kecewa begitu berat. Kata Dilan yang berat itu
“rindu” ternyata bukan hanya rindu kecewapun jauh lebih menyakitkan.
Apakah karena telah ada rasa yang mampu merubah segala
sikapku? entah!, apa karena aku mulai main perasaan hingga ada kecewa, bisa
jadi, atau karena dalam diam aku terpentang ranjau-ranjau asmaranya, mungkin
saja.
@@@
Aku dituntut
untuk bisa menyelesaikan segala perkara yang ada, sedikitnya sumbangsih
pemikiran yang aku berikan padanya bisa mengurangi bebannya selama ini, aku
coba kasih masukan untuk tetap fokus, tentu fokusnya bukan pada masalah yang
dihadapi tapi pada solusi, maka semua itu harus diselesaikan dengan kepala
dingin sekalipun hati masih membara bergejolak panas bahkan mendidih dan sedikit
agak menguras energi tentunya.
“Sekali lagi
kalau bukan dirinya aku tidak mau”! untuk terlibat didalamnya.
Tapi karena
dia yang memintaku, aku coba luangkan waktu untuknya, ya hanya karena dia, semua
itu aku lakukan, walau sedikit terpaksa, apapun akan aku jalani untuk dia bisa
tersenyum, dan itu sudah membuat aku sedikit lega dan bahagia. Ketika melihat
bibirnya mulai mengembang dengan penuh optimistis.
Aku sadar dia
bukan siapa-siapanya aku, saudara bukan, pacar apalagi, tapi kenapa aku seberani
ini berkorban untuknya?, justru itu yang membuat aku juga sangat heran dan
bertanya pada diriku sendiri “ada apa”? “haaah“ aku buang gundah lewat hembusan
nafas berkali-kali, aku juga bingung, “apakah karena ada rasa yang mulai
menyerbu lorong dan bersemayam pada dinding hatiku”?, Sudahlah aku tak mau
berdebat soal itu”. gumamku sendiri.
Kalau ada
rumor aku membantu dirimu karena ada tujuan tertentu, itu soal lain, biarlah isu
itu mengalir dan berkembang apa adanya, aku tak demikian, aku tak peduli dengan
penilaian orang-orang, terkadang netizen lebih sadis dalam menghukumi masalah
orang lain, ingat!, kehidupan ini akan selalu berpasangan ada suka dan tidak
suka, sudahlah jangan diambil pusing.
“Lalu apa
yang membuat aku tergerak dan tak mampu menolak”?, Jasa mu yang menggerakan
hatiku selalu ada untukmu, jasa mu besar padaku, “ketika aku dihadapkan pada masalah”
dirimulah yang membantu aku, jadi semua aku lakukan tanpa ada tujuan apa-apa, hanya membantu, sekali
lagi hanya coba membantu meringankan kawan.
“Membantu
ketika dibutuhkan dan aku bisa, kenapa tidak?” Bisik hatiku. Tak tergantung kepada
siapa, teman, saudara, atau siapapun itu, yang jelas meringankan beban orang,
terkadang membuat hatiku menjadi bahagia melebihi segalanya, perjalanan ruhani
ini tentu tidak bisa di beli dengan nominal berapapun, dan karena oriented-nya
bukan uang semata, tapi kesenangan dan kepuasan hati yang akan kita dapatkan.
Tanpa pamrih
dari siapapun, karena perlu di ingat bahwa ”apa yang kita taman, akan kita
tuai” pepatah sederhana ini yang telah me-racun-ku untuk terus bergerak, agar bisa
menebarkan manfaat kebaikan sekecil apapun untuk sesama dari segala aktifitas
keseharianku dalam bersosial.
Termasuk
ketika kamu memintaku untuk membantumu, ya aku sanggupi saja itu, karena aku tak
berfikir apapun, apalagi soal imbalan, tidak sama sekali “ingat hanya membantu
tidak lebih”. Terlepas dari segala persoalan dan penafsiran dirimu, aku tak
begitu peduli dengan penilaian orang, karena apapun penilaian itu adalah hak
mu, karena aku tak mungkin memakasakan agar kamu berkata dan berfikir sama
seperti diriku, sungguh tak akan mungkin aku lakukan.
Secuil dan
segenap ikhtiar yang bisa aku lakukan anggaplah itu sebagai persembahan kado
terbaik dariku dihari istimewamu, dirimu bisa keluar dari zona mendebarkan itu
saja aku sangat bahagia, tidak lebih niatku hanya itu kawan. Tetaplah semangat,
hadapi semua dengan senyuman jangan lupa bahagia dan tetap bersyukur.
Komentar
Posting Komentar