HERA, MAAFKAN AKU

 

HERA, MAAFKAN AKU


                                                                     

Sekian lama dirimu tinggalkan aku, hanya kata maaf yang mengalun dari bibirmu, hanya itu!, satu tahun lebih dirimu tak berkabar, tega kamu ya her, aku sambil menggelengkan kepala, “dimana perasaanmu?”, “apakah kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu?”, “aku tahu, pasti sakit Hakim” jawab Hera sambil meneteskan air mata, “betapa sakitnya hatiku saat kamu tinggalkan aku”, tidak ada kabar dan berita, lanjut Hakim.

 

Kini dirimu datang, semudah itu kamu ingin kembali padaku, tidak mungkin, hatiku sudah pecah berantakan, tercabik, pedih dan perih menyayat perlahan, bagai luka yang tak berdarah, ibarat kaca ketika retak akan selamanya berbekas, tidak sesempurna dulu, begitupun rasaku padamu her.

 

Hera hanya terdiam, dalam hening ia mulai bicara, aku tahu, aku salah, aku berdosa telah meninggalkanmu tanpa kabar, tapi adakah maaf dari lubuk hatimu terbuka untukku, batinku selama ini seakan tersiksa atas semua, padahal aku tak bermaksud dari yang terjadi untuk menyakitimu hakim, tak pernah aku bayangkan akan seperti ini akhirnya, kalau kamu tahu, akupun sangat tersiksa, keadaanlah yang memaksa aku lakukan ini semua.

 

Ahhh, aku membuang rasa kecewa yang mendalam, melalui hembusan nafas, “aku tak perlu penjelasanmu her”, iya aku juga paham hakim, aku tidak melakukan pembelaan dan pembenaran atas diriku, aku juga sulit untuk jelaskan semua yang terjadi, karena dirimu tak mungkin mengerti keadaanku.  

 

Dirimu begitu sensitive hadapi semua itu, padahal kalau saja menyeimbangkan antara rasa dan akal aku yakin tidak sepatal ini, apalagi kalau dirimu mau menyadari tentu semua bencana ini tidak pernah terjadi melanda hubungan kita.

 

“Kenapa rasa itu harus ada diantara kita?”. “Entahlah aku juga tak tahu” jawabku, kalau pada akhirnya ada yang terluka diantara keduanya, “aku dan kamu, iya kita”, tegasku, padahal tak ada niat sedikitpun aku harus menyakitimu her, kalau kamu tahu bahwa aku begitu menyayangimu setulus hati. Namun apa daya, kini semua itu aku simpan dikeabadian dan menjadi sejarah dalam hidupku.

 

Namun apapun itu, terimakasih her, kamu telah ada untukku walau sesaat, telah mengisi hari-hariku dengan penuh canda dan tawa dalam sepenggal jalan hidupku, masuk di ruang kosong dihati ini, walau ada yang lain, namamu tetap tersimpan rapi di palung hatiku, sekali lagi terimakasih atas segalanya.

@@@

 

“Aku tidak ingin kamu semakin terluka oleh diriku Her”,

“Jadi biarkan aku pergi, jangan halangi aku untuk mencoba melupakakmu”,

Sambil menatapku dengan penuh tanya Hera mulai angkat bicara lagi “mungkin kamu bisa melupakanku seiring berjalannya waktu, namun jangan berharap banyak jika aku bisa melupakanmu walau waktu terus berlalu, tidak mungkin itu terjadi”.  

 

Bila goresan luka dihatimu bisa disembuhkan hanya dengan melukai, dengan cara meninggalkanku, maka pergilah sesuka hatimu agar dirimu bahagia dan terbebas dari segala luka yang menghimpit di hatimu.  

 

Namun akan kusimpan rasa itu sampai kapanpun, hera terdiam sejenak, “sampai ajal menjemput”, lanjutnya, “gila kamu” aku menjawab singkat.  Iya, memang aku sudah gila, gila sama dirimu yang begitu menyiksa rasaku kali ini, “Jangan siksa dan korbankan rasamu itu kepada sesuatu yang belum pasti”, lanjutku, “enggak mungkin hakim, aku tak bisa berpaling darimu”, jawab hera.

 

“Aku tak mau kehilangan untuk yang kesekian kalinya, maka rasa ini akan terus ku jaga”, “sampai kapan?”, tanyaku, “sampai dirimu membukakan hati kembali untukku”. Kamu benar-benar sudah gila Hera, kegilaan inilah yang membuat aku lupa segala, gila karena rasaku begitu mendalam padamu.

@@@

Jangan sia-siakan waktu panjangmu itu hanya untuk menunggu diriku, sesuatu yang tak pasti, hanya membuang energi, Aku yakin her, diluar sana masih banyak orang-orang terbaik yang lebih pantas bersanding dan mendapatkanmu juga lebih baik dariku dari segala hal, aku hanya manusia biasa yang tak sepadan dengan dirimu. Apalagi kalau sudah menyangkut soal harta dan tahta. Aku hanya lelaki miskin yang terlalu outopis mencintai perempuan cantik dari keluarga kaya raya dan terpandang seperti dirimu, bagiku semua itu “Bagaikan pungguk rindukan bulan”, mimpi disiang bolong, sesuatu yang tak mungkin terjadi.  

 

Tapi walaupun demikian, aku akan selalu berdoa untukmu Her, doa terbaik tersanjungkan disetiap waktu sujudku special hanya untuk dirimu, suasana hening sejenak menyelimuti kami, aku melanjutkan kata-kata, semoga kamu dipertemukan dengan jodoh yang terbaik, jodoh yang selama ini kamu rindu, mimpi dan idam-idamkan.  

 

“Kalau begitu aku pun akan berdoa pada Tuhan”, sahut Hera, “apa berdo’a?” dahiku sedikit berkerut, “semoga jodoh terbaikku itu adalah dirimu”,  

aku gelengkan kepala, emmmm, “kamu jangan coba halangi doaku”, jawabku.

Enggak kim, aku enggak akan menghalangi doa darimu, silahkan kamu berdoa memohon pada Tuhan dengan penuh khusu, biarkan doa kita bertarung disinggasana langit, doa mana nanti yang akan memenangkan pertarungan itu, doa kamu atau doanya aku.

 

Biar Tuhan penggenggam semesta ini yang akan tentukan semua itu, ketika Hera teguh dengan keyakinannya, aku hanya terdiam, sambil melepas nafas, ehmmm,

Jadi serba salah, susah memang berurusan dengan perempuan, “perempuan hanya ingin dimengerti dan dipahami”, gerutuku.  

 

“Bagiku yang terbaik bukanlah dia yang datang dengan segala kelebihannya, tapi dia yang tidak pernah meninggalkan pasangan dengan segala kekurangnya dan aku yakin dirimu adalah jodoh terbaikku kim”. Hera menegaskan.

 

Kamu jangan bereksfektasi terlalu tinggi soal diriku, aku manusia yang terlalu banyak kekurangannya dan aku mungkin bisa kapan saja mengecewakanmu her, entah dengan perkataan atau perlakuanku, jadi aku bukanlah orang baik seperti yang kamu bayangkan selama ini, aku hanyalah manusia biasa yang sedang belajar menjadi baik.

 

@@@

“Beri aku cukup waktu, agar aku bisa berdamai dengan hati dan pikiranku”,

“Jangan tinggalkan aku Hakim”, pinta Hera memelas, dengan mata sedikit berkaca-kaca. Aku tidak mau kehilangan kamu, harus dengan cara apalagi aku yakinkan dirimu kim, agar kamu tidak pergi dan percaya bahwa aku sangat tulus mencintaimu.  

 

Tidak perlu ngotot meyakinkan aku Her, ini hanya diriku saja yang belum sepenuhnya yakin, “apakah diriku masih mencintaimu atau tidak”, sekali lagi “hati yang pernah terluka ibarat kaca yang pecah meski disatukan kembali tetap akan terlihat goresan retaknya, nampak tidak sempurna”, jawabku.

  

Aku tidak mencari kesempurnaan darimu kim, itu sangat tidak mungkin karena kesempurnaan hanya milik sang pencipta dan pemegang kekuasaan alam ini, aku hanya ingin mencintaimu apa adanya, berusaha membahagiakanmu disisa usiaku dengan menjadi penyejuk disetiap dahagamu, penenang disaat gundahmu dan berakhir sakinah bersamamu, hanya itu. Jadi tolong biarkan doaku dan doamu menembus dan bertarung dilangit, doa siapa yang kuat dan akan menang nanti. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HATIKU MASIH UNTUKMU

KETUA PC GP ANSOR KABUPATEN PURWAKARTA BAGIKAN SERAGAM